Beberapa hewan mempunyai cara yang unik dalam menyambut musim dingin yang ekstrim, salah satunya adalah dengan cara Hibernasi.
Selama musim dingin mereka hanya akan tertidur saja dan menurunkan suhu tubuh yang mencapai titik beku 0 Derajat Celcius serta memperendah detak jantung mereka secara dramatis, dan hal inilah yang menarik perhatian para peneliti untuk menguak rahasia dibalik proses tersebut untuk dapat digunakan dalam membantu kemajuan di bidang medis. Salah satu hal yang dapat digunakan dalam bidang medis adalah memperpanjang umur penyimpanan organ dalam tubuh manusia yang menunggu untuk transplantasi, dengan mempelajari sel-sel hewan beradaptasi saat berhibernasi pada saat musim dingin yang ekstrim.
Temuan ini juga dapat membantu para peneliti untuk meningkatkan terapi hipotermia induksi yakni menurunkan suhu tubuh seseorang dengan sengaja setelah terjadinya serangan jantung ataupun cedera otak, terapi ini dapat melindungi otak pasien, tetapi memiliki dampak efek samping kerusakan sel yang disebabkan oleh suhu dingin yang ekstrim. Untuk lamanya organ donor seperti ginjal hanya dapat bertahan atau disimpan tidak lebih dari
30 jam sebelum jaringannya memburuk.
Dalam proses lebih lanjut tentang hibernasi, para peneliti melakukan studi tentang apa yang terjadi pada tupai tanah (Ictidomys tridecemlineatus), salah satu hewan pengerat yang hidup di Amerika Utara bagian tengah. Peneliti dari University of Michigan ini mengungkapkan, selama masa hibernasi, tupai tanah melakukan cara yang dramatis untuk menurunkan suhu pada tubuh mereka untuk mendekati titik beku yaitu 0 derajat Celsius serta mereka dapat menurunkan detak jantung dari yang biasanya 200 denyut per menit menjadi sekitar 20 denyut per menit.
Ketika para peneliti mempelajari tentang sel hewan ini, peneliti menemukan dan sangat tertarik dari segi struktur selnya yang disebut sitoskeleton mikrotubulus, jaringan yang berada dari tabung kecil yang memberikan dukungan secara struktural kedalam sel dan rentan terhadap dingin. Kemudian para peneliti membandingkan sel-sel tupai ini dengan sel yang dimiliki manusia, dan hasilnya sitoskeleton mikrotubulus yang dimiliki oleh tupai tanah tetap ada meski terkena suhu dingin yang ekstrim, namun untuk sitoskeleton mikrotubulus yang dimiliki oleh sel manusia akan memburuk. Dapat dikatakan ada suatu Perbedaan juga dari studi ini, salah satunya mitokondria pada tupai tanah merespon secara berbeda terhadap suhu dingin jika dibandingkan dengan sel yang
ada di tubuh manusia.
Para peniliti berharap, dari penelitian dan temuan ini dapat dikembangkan untuk menjadi salah satu pondasi mempelajari suatu aspek lain dari hibernasi dawn dapat digunakan dalam bidang medis.